Struktur Musik Tari Pajoge Angkong
Kesenian Pajoge Angkong hanya menggunakan satu jenis alat musik,
yaitu 2 (dua) buah gendang yang masyarakat bugis biasa menyebutnya
dengan sebutan ”Gendrang”. Jenis pukulan atau cara memukul gendang pada
musik iringan tari Pajoge Angkong ada dua macam cara, yang pertama
adalah cara memukul gendang dengan menggunakan Pattette’ Gendrang atau
pemukul gendang yang terbuat dari kayu nangka, yang kedua adalah cara
memukul gendang dengan menggunakan tangan. Warna bunyi tabuhan gendang
dalam musik pengiringan tari Pajoge Angkong terdiri atas dua, yaitu
bunyi ”tak” dan bunyi “tung”.
Teknik memukul atau menabuh gendang dalam musik pengiringan tari Pajoge
Angkong disebut “Tette” yang berarti pukul atau pukulan, musik
pengiringan tari Pajoge Angkong menggunakan 2 (dua) macam pukulan
ditambah dengan lagu, yaitu :
a. Tette’ palari
b. Tette mallebbang sere
Dalam penyajian tari tradisional Pajoge Angkong di Kabupaten Bone,
musik pengiring sangat berperan penting karena yang menentukan
perpindahan atau peralihan gerakan penari adalah musiknya. Akan tetapi
seiring perkembangan zaman, kesenian ini sudah tergolong punah, karena
pemain musik yang tahu pasti tentang seluk beluk musik pengiringan tari
Pajoge Angkong sudah tidak ada lagi yang tersisa dan tidak semua orang
bisa melakukan tari Pajoge Angkong, hanya orang dari kalangan Calabai
(Waria) yang bisa melakukan tari Pajoge Angkong. (Wawancara Bulan, 25
Januari 2013).
Tarian dan Musik pengiring adalah dua unsur yang sama-sama berperan penting dalam kesenian Pajoge Angkong, sehingga dua unsur ini
(pemusik dan penari) tak dapat dipisahkan. Ada beberapa hal yang harus
diketahui dalam penyajian musik iringan tari tradisional Pajoge Angkong,
yaitu:
- Sebagai pembuka pada tarian Pajoge Angkong ini adalah semacam nyanyian oleh Pappocci.
- Penari menyanyikan syair yang bermaksud mengajak atau meminta kepada Emma’ Gendrang untuk memangku gendang dan selanjutnya meminta untuk memukul gendang.
- Emma’ Gendrang mengelus-elus kulit gendang kemudian menabuh gendang dengan pukulan Tette’ Palari.
- Penari memasuki arena pertunjukan dan melakukan gerakan Lambang Sari Mallebbang sere Tudang (duduk) sambil bernyanyi yang diiringi dengan tette’ palari.
- Penari melakukan gerakan Lambang Sari Mallebbang sere Ballung (baring) yang diiringi dengan tette’ palari.
- Penari melakukan gerakan Mallebbang sere mellau addampeng (meminta maaf) yang diiringi dengan tette’ palari.
- Penari mengambil posisi lurus kemudian Emma’ Gendrang mengganti pukulan gendang menjadi pukulan Tette’ Mallebbang Sere.
- Penari melakukan gerakan Sere Biasa sambil menyanyikan lagu bugis, diantaranya berjudul : Ininnawa, Ongkona Bone, Lontara marioloe, Bulu Alau’ Na Tempe, dan Indo Logo.
- Ketika ada penonton yang hendak melakukan saweran dan memanggil penari dengan isyarat, musik yang tadinya merupakan pukulan Tette Mallebbang Sere spontan menjadi pukulan Tette’ Palari.
- Ketika proses penyaweran selesai Emma’ gendrang kembali merubah pukulan gendang yang tadinya merupakan pukulan Tette’ Palari spontan menjadi pukulan Tette Mallebbang Sere.
- Setelah tidak ada lagi dari kalangan penonton yang hendak melakukan saweran maka penari memberi isyarat kepada Emma’ Gendrang dengan menyanyikan nyanyian Pattutu’ Gendrang (gendang penutup) sebagai tanda bahwa pertunjukan tari Pajoge Angkong telah berakhir.
Pertama sebagai pembuka pertunjukan tarian Pajoge Angkong adalah semacam
nyanyian dari Pappocci (calon penari yang masih muda dan baru belajar
menari). Adapun syair nyanyian pappocci:
Tettonni‘ maggalung kalung
Napole sagalae
Massisi mattaneng pallaung romai
Maggalung kalunni cinnae
Nagiling passengereng’nge
Narewe pallaung romai
(Wawancara Bulan, 25 Januari 2013).
Artinya:
Berdirilah dan teguhkanlah niatmu untuk menampakkan diri
Agar datang kebaikan
Saat petani Mencabut dan menanam benih di sawah
Yang menimbulkan hasrat
Dan mengingat kenangan indah
Hingga para petani kembali pada pekerjaannya
Kedua sebelum Emma’ Gendrang memukul gendang adalah nyanyian oleh penari
yang bermaksud mengajak atau meminta kepada Emma’ Gendrang untuk
memangku gendang dan selanjutnya meminta untuk memukul gendang. Adapun
syair nyanyian penari saat meminta Emma’ Gendrang untuk memangku
gendang:
Emma’ , wakkanni gendrang’nge
Wakkang tenri wakkang
Napole sagalae
Mappadduturutue passengereng
(wawancara Bulan 25 Januari 2013).
Artinya :
Emma’ (Emma’ Gendrang), Pangkulah gendang
Dipangku (tidak dipangku)
Jika datang kehendak Yang Kuasa
Senantiasa akan mendatangkan (berlapis-lapis/bertubi-tubi) kenangan inidah
Adapun syair nyanyian penari saat meminta Emma’ Gendrang untuk memukul gendang:
Emma’ tumba’ni gendrang’nge
Ri tumba’ tenri tumba’
Napole masagalae
Passengereng’nge salira’na pallaung rumae
(Wawancara Bulan 25 Januari 2013).
Artinya :
Emma’ (Emma’ Gendrang), pukullah gendang
Dipukul (tidak dipukul)
Jika datang yang tidak disangka-sangka
Maka akan mendatangkan kenangan indah dilubuk hati para pekerja sawah (petani)
Ketiga, setelah Penari meminta pukulan gendang kepada Emma’ Gendrang,
Emma’ Gendrang kemudian memukul gendang dengan pukulan Tette’ Palari,
musik Tette’ Palari menggunakan 2 buah gendang yang dimainkan secara
bersamaan. Musik atau pukulan Tette’ Palari digunakan untuk mengiringi
gerak Mellabbang Sere Jengki yang didalamnya ada 3 (tiga) ragam gerakan,
yaitu :
1. Mallebbang Sere Tudang (duduk)
2. Mallebbang Sere Ballung (baring)
3. Mallebbang Sere Mellau Addampeng (meminta maaf). (Wawancara Dg. Macora, 25 Januari 2013).
Keempat, kelima dan keenam penari melakukan gerakan Mallebbang Sere
Tudang, Mallebbang Sere Ballung dan Mallebbang Sere Mellau Addampeng
sambil menyanyikan kembali syair mellau pattumba gendrang (meminta
pukulan gendang) secara bergantian mulai dari penari yang 1 (satu)
kemudian dilanjutkan atau dinyanyikan oleh penari yang lain dengan
kreasi nada mereka masing-masing dengan kata lain, lain penari lain pula
irama lagunya.
Ketujuh, semua penari mengambil posisi lurus kemudian Emma’ gendrang
mengganti pukulan gendang menjadi pukulan Tette’ Mallebbang Sere. Pada
musik Tette’ mallebbang sere menggunakan 2 buah gendang yang Kedelapan,
penari melakukan gerakan Mellabbang Sere Biasa, yaitu gerakan berjalan
sambil berhadapan dengan berpasangan (penari lain) sambil berputar dan
bernyanyi, Penari melakukan gerakan Sere Biasa sambil menyanyikan
lagu-lagu bugis, diantaranya berjudul : Ininnawa, Ongkona Bone, Lontara
marioloe, Bulu Alau’ Na Tempe, dan Indo Logo.
Kesembilan, ketika ada penonton yang hendak melakukan saweran, maka
seorang penari yang ditunjuk atau dipilih oleh penonton dan seorang dari
penari lain ikut dibelakang penari yang telah terpilih untuk berjalan
menghampiri penonton yang telah memilihnya, kemudian melakukan Sere
Ballung dihadapan penonton yang hendak memberikan saweran dan musik yang
tadinya merupakan pukulan Tette’ Mallebbang Sere spontan menjadi
pukulan Tette’ Palari.
Kesepuluh,ketika proses penyaweran selesai Emma’ gendrang kembali
merubah pukulan gendang yang tadinya merupakan pukulan Tette’ Palari
spontan menjadi pukulan Tette’ Mallebbang Sere, dari poin pertama sampai
poin kesepuluh diulang secara terus menerus. Tarian Pajoge Angkong ini
tak mengenal durasi atau waktu, semakin banyak penonton yang melakukan
saweran, semakin lama pula tarian ini dipentaskan. Akan tetapi tarian
ini kebanyakan dipentaskan semalam suntuk.
Kesebelas, Setelah tidak ada lagi dari kalangan penonton yang hendak
melakukan saweran maka penari memberi isyarat kepada Emma’ Gendrang
dengan menyanyikan nyanyian Pattutu’ Gendrang (gendang penutup) sebagai
tanda bahwa pertunjukan tari Pajoge Angkong telah berakhir. Adapun syair
Pattutu’ Gendrang :
Emma’ (Emma’ Gendrang), talao pole sumange’ta ri lipunna wanuae
ri bakke laota pole ripassengereng’mmu
(Wawancara Bulan, 25 Januari 2013).
Artinya :
Emma’ (Emma’ Gendrang) kembalikanlah semangat jiwamu
di tengah-tengah Negeri ini
seperti yang telah engkau tunjukkan kepada kami yang menyimpan
kenangan (agar kami mengenangmu)
dimainkan secara bersamaan. Musik atau pukulan Tette’ mallebbang sere digunakan untuk mengiringi gerak Mallebbang Sere Biasa.